Pekalongan,3 Agustus 2012
TAART FOR MY SISTER - ROTI UNTUK KAKAK
Oleh: Essabiila
Sulit sebagai adik yang mempunyai kakak yang memiliki kelainan sejak lahir dan berkebutuhan khusus seperti halnya Sari, kakak Dilan. Dilan harus mengalah dalam segala hal kepada kakaknya sejak kecil. Namun ada kalanya juga Ia sebal kepada sang kakak, namun dalam bathinnya, ia selalu sayang kepada sang kakak, Pernah juga Dilan harus menyerahkan seluruh koleksi mainannya untuk diberikan kepada sang kakak, namun setelah sudah berada di tangan Kak Sari, Kak Sari malah merusaknya, Dilan merasa sebal namun menyadari bahwa kakaknya membutuhkan kebutuhan khusus yang berbenda seperti anak-anak normal lainnya.
Suatu hari Ibu Dilan menyuruh Dilan untuk membelikan roti ulang tahun untuk kak Sari yang umurnya sudah menginjak 15 tahun, Namun Dilan tak mau, begitulah Dilan, kadang lupa akan kebutuhan khusus kakaknya.
“Dilan, Tolong belikan Kak Sari roti ulang tahunnya ke 15. Ibu sedang sibuk Dilan, jadi kamu ya yang membelikan” Kata Ibu dengan suara lembut menghampiri Dilan yang sedang bermain PS di ruang tengah
“Tidak mau ah, Bu. Dilan akan membelikannya nanti saja, ketika pukul 3 sore saja, sekarang Dilan akan bermain PS dulu” Jawab Dilan dengan acuh. Dilan lupa akan keadaan Kaknya yang saat itu sedang mengamuk di kamarnya lantaran ingin dibelikan Roti.
“Bu Belikan roti bu! Sari mau roti ulang tahun Bu! Bu Roti Bu!!!” teriak Sari dari kamarnya. Sari yang sedang mengamuk ingin dibelikan roti pun melihat ada uang yang tergeletak di meja belahar yang berada di kamarnya. Ia lalu mengambil uang tersebut dan berjalan diam-diam keluar rumah menuju toko roti yang berada di depan gang tanpa sepengetahuan Ibu dan Dilan.
Ibu baru menyadari kalau Sari sudah tak mengamuk lagi. Tapi Sari juga tak mengeluarkan sepatah katapun, Ibu yang saat itu sedang berada di dapur menghampiri kamar Sari. Tak ditemukannya Sari di dalamnya. Ibu sadar kalau uang Sari juga tak tergeletak di meja belajarnya lagi. Ibu curiga kalau Sari sudah pergi sendiri ke toko Roti di depan gang. Ibupun langsung menyusul Sari tanpa sepengetahuan Dilan yang sedang sibuk dengan Psnya.
Ketika Ibu menyusul Sari, Dilan baru sadar kalau sekarang tepat pukul 3 sore, Itu artinya Ia harus pergi ke toko Roti untuk membelikan Roti ulang tahun kakaknya. Lalu ia pun langsung berangkat ke toko Roti. Ia baru menyadari kalau Ibu dan Kakaknya tak berada dirumah saat itu.
“Ibu dan Kak Sari di mana ya? Ah tak tau ah, Pokoknya aku mau ke toko roti lalu pulang untuk kembali bermain PS” gumam Dilan pada dirinya sendiri sembari kembali mengayuh sepeda fixienya ke Toko roti depan gang.
Ketika sampai depan gang, Dilan bingung, kenapa jalan raya begitu padat seperti baru saja terjadi kecelakaan? Namun karena sifat Dilan yang acuh, Ia langsung memasuki toko roti untuk membeli Roti yang diinginkan Kakaknya. Dilihatnya pelayan toko tersebut . Iapun menanyakan harga kue yang berada di etalase kaca paling depan di toko tersebut.
“Mbak, Roti yang itu harganya berapa?” Tanya Dilan sambil menunjuk ke arah roti berwarna coklat yang tertata manis di dalam etalase kaca.
“Oh yang itu. Yang itu harganya 150 ribu, Dik” Jawab pelayan perempuan itu dengan ramah
“Oh, saya beli satu mbak! Bungkus ya, jangan lupa beri lilin angka 15 di atasnya” Unjar Dilan riang. Namun dalam lubuk hatinya Ia masih ingin bertanya sebenarnya Kenapa Jalan Raya depan gang mendadak ramai tak seperti hari-hari biasa? Janggal sekali baginya, seperti ada kecelakaan.
“Em... Mbak!” Panggil Dilan ke pelayan toko yang sedang sibuk membungkus Roti ulang tahun pembelian Dilan.
“Apa apa, Dik?”
“Tadi di depan situ ada apa sih?” tanya Dilan dengan menunjuk Jalan Raya
“Oh itu. Itu tadi ada anak idiot dari dalam gang tertabrak mobil, Dek. Katanya sih anak itu bernama Sari” Jelas Pelayan toko dengan singkat, walaupun singkat, pernyataan itu membuat hati kecil Dilan bergemuruh “Sekarang Ia berada di rumah sakit Harapan Hidup, Dik. Ini Roti mu” Lanjut sang pelayan sembari memberi Roti ulang tahun itu.
Dilan langsung kaget mendengar nama kakak satu-satunya disebut dalam peristiwa kecelakaan itu. Ia segera mengambil roti itu lalu mebayarnya. Ia segera mengayuh lagi sepedanya ke rumah sakit tempat Kak Sari dirawat.
Sesampainya di rumah sakit, Dilan melihat Ibu dan Ayahnya sedang menunggu di depan ruangan Unit gawat darurat.
“Ayah, Ibu! Apa yang terjadi” Dilan menghampiri Ibunya yang matanya terlihat sembab
“Sari, Kakakmu! Dia tertabrak mobil ketika ingin membeli roti ulang tahunnya sendiri!” Ujar ibu dengan bercucuran air mata menjelaskan semuanya
“Kak Sari.........” ujar Dilan lemas dan sadar bahwa semua ini salahnya. Ia menyadari bahwa seandainya saja ia mau membilikan Roti untuk kak sari tanpa menunda waktu, Kak Sari tak akan pernah Kritis seperti ini.
Beberapa saat kemudian, dokter yang menangani Kak Sari keluar dari ruangan UGD.
“Kalian keluarga dari Sari Pertiwi?” tanya Dokter kepada Ayah dan Ibu Dilan yang saat itu sangat panik
“Betul, Dok. Bagaimana keadaannya?” Tanya Ayah Dilan dengan wajah yang sangat tegang
“Maaf sekali, tim medis tak berhasil menyelamatkan nyawanya” Ucap dokter dengan lemas. Dilan yang saat itu masih memegangi Roti ulang tahun kakaknya dengan sangat lemas menjatuhkan roti itu ke lantai. Tubuhnya sangat dingin, Ia sangat merasa bersalah karena menunda waktu.
Kak Sari sudah tenang di surga. Di surga roti-roti lain sudah menunggunya tanpa menunda waktu lagi, Tepat 15 tahun Tuhan mengambil nyawanya. Tuhan sudah punya rencana manis di atas sana.
Apakah kalian masih ingin menunda waktu lagi seperti yang terjadi pada Dilan? Apakah kalian ingin melihat orang yang kita sayangi meninggal hanya karena sebab sepele? Pasti tidak.
0 komentar:
Posting Komentar